Search This Blog

Tuesday, May 3, 2016

Sheila, Kenangan yang Hilang

Judul: Sheila, Kenangan yang Hilang
Penulis: Torey Hayden
Penerjemah: Rahmani Astuti
Penerbit: Qanita
ISBN: 979-3269-07-3
Cetak: Ketiga, Desember 2003
Tebal: 528 hlm
Bintang: 4/5
Harga: Rp. -




“Antara dahulu dan sekarang saya selalu percaya bahwa saya telah menyelamatkannya dari bencana terburuk. Kini, setelah menyadari bahwa bahkan ketika dia masih mengikuti kelas saya dia tetap menderita, saya merasa kesakitan. Kesakitan ini semakin menyiksa sekarang setelah saya tahu bahwa bahkan saya tidak tahu tentang penderitaannya.” (Torey ~ h. 264 hlm)

Saya sama sekali tidak menyangka kelanjutan Sheila akan seperti ini. Bahwa kelas Torey yang saya pikir telah mengubah Sheila, ternyata tidak membawa dampak besar bagi hidupnya. Bahkan, Sheila lupa dengan kelas yang sempat memberikan keceriaan dalam hidupnya. Sheila menganggap Torey telah merusak hidupnya, menjebloskannya ke dunia yang tak dikenal kemudian meninggalkannya sendiri, sama seperti Ibunya.

“Ini sungguh menyakitkan. Pengalaman itu mempunyai arti yang begitu penting bagi saya sehingga saya beranggapan bahwa itu juga sama pentingnya bagi dia. … Tanpa saya, tanpa lima bulan yang kami alami bersama, kemungkinan besar Sheila akan berada dalam sel di sebuah rumah sakit Negara. … Saat saya menyadari kepongahan dari asumsi saya. Selanjutnya, saya berusaha mengingatkan diri sendiri bahwa masa lima bulan itu mungkin memberi lebih banyak arti bagi saya daripada bagi Sheila.” (Torey ~ h. 128)

Buku ini masih berkutat dengan pendidikan anak dengan keterbelakangan mental. Kali ini, Torey membuka kelas bersama Jeff, dan melibatkan Sheila di dalamnya, dengan harapan dia bisa mengingat kenangan di kelas Torey dahulu. Saya jauh … jauh lebih suka kisah Sheila, Kenangan yang Hilang daripada yang sebelumnya. Seri ini lebih kompleks. Pertemuan Torey dengan Sheila ternyata menguak banyak sekali ganjalan dalam diri masing-masing.

Torey sekarang berhadapan dengan remaja, yang tak bisa dikendalikan seperti saat Sheila kecil. Naik turunnya emosi remaja tergambar dengan gamblang pada buku ini. Terkadang saya sendiri salut dengan kesabaran Torey yang masih bersedia menerima kembali Sheila dengan tingkahnya yang begitu menjengkelkan dan sangat labil.

“Kamu dan Sheila sama-sama mengidap penyakit yang sama. Yang tersimpan dalam ingatan Sheila hanyalah guru yang hebat yang tidak pernah marah padanya dan kini dia jengkel saat menemukan betapa biasa dan manusiawinya kamu; tapi kamu tahu, Hayden, kamu pun melakukan hal yang sama. Yang mewarnai perilakumu terhadapnya sekarang adalah fakta bahwa yang kamu ingat pun bukan Sheila sebagai anak yang sebenarnya, melainkan si tokoh berusia enam tahun dalam bukumu.” (Jeff ~ h. 183)

Sekali lagi, kisah hidup Sheila memberikan banyak makna/pelajaran bagi saya. Selain itu, kisah ini memberikan gambaran bagaimana manusia tak selamanya tahu apa yang terbaik untuk dirinya/orang lain, tapi melakukan/memberikan yang terbaik adalah pilihan yang berharga.

0 comments:

 

Sahabat si Cilik Template by Ipietoon Cute Blog Design