Search This Blog

Saturday, September 17, 2016

Smart Parenting with Love

Judul: Smart Parenting with Love
Penulis: Bunda Arifah
Penyunting: Krisna Somantri
Penerbit: Progressio Publishing (Lini Sygma Publishing)
ISBN: 9786029513691
Cetak: Pertama, Mei 2010
Tebal: xiv + 138 hlm
Bintang: 4/5
   

Pergaulan bebas, narkoba, tontonan tak mendidik, menjadi beberapa bagian dari banyaknya penyebab bejatnya perilaku dari para remaja di era yang katanya modern ini. Lebih menyedihkan lagi ketika media lebih menyukai mempertontonkan tingkah polah negatif remaja yang semakin tidak terkendali, daripada wacana yang memperlihatkan kepositifan demi mendidik/ menginspirasi  konsumen dari media.
 
Sebagai orangtua, terutama ibu, seringkali muncul ketakutan, apakah sudah memberikan pendidikan dan pemahaman yang baik pada anak. Melihat keganasan pergaulan yang semakin merajalela, rasanya ingin sekali 'menyimpan' anak-anak di rumah. Tapi, sedikit mengambil kutipan dari buku Guru Kecilku #2, “Maka ketika Allah menitipkan seorang anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Allah juga akan menitipkan sekian ilmu dan kemampuan kepada orangtua dalam membimbing mereka, jika orangtua tersebut mau meraihnya.” Mungkin inilah tantangannya memiliki putra/i di zaman sekarang, di mana kecanggihan pun bisa menjadi pendukung orangtua untuk lebih bersemangat mencari ilmu demi membentengi sang anak.
 
"Semua perubahan membutuhkan pembiasaan dan hati yang istiqomah. Karena dalam pelaksanaannya, berubah menjadi lebih baik banyak sekali hambatan dan tantangan." (h.  43)

Pembentukan karakter dan akhlak yang kuat untuk menyiapkan anak menghadapi kehidupan, perlu dilakukan orangtua. Caranya pun tak lagi sama seperti zaman dulu, yang mana tingkat kekritisan anak tidak setinggi dan seberani sekarang. Tidak cukup sekali dua kali untuk membimbing dan menanamkan pengertian kepada anak, butuh pembiasaan, kreativitas, dan kesabaran ektra dari orangtua.
 
Salah satu tips yang diberikan Bunda Arifah dalam buku ini, adalah berikan pemahaman pada anak ketika mereka dalam keadaan aman dan nyaman karena saat itu kondisi kerja otak anak-anak sedang maksimal. Melalui buku Smart Parenting with Love, Bunda Arifah mengajak pembaca untuk menjadi smart parent dengan pembahasan materi yang juga merujuk dari pengalamannya mendidik keempat buah hatinya.
 
Orangtua tak selalu benar karena setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, begitupun dengan penulis yang pernah salah kaprah, tapi keinginan untuk terus memperbarui ilmu, menjadikannya banyak belajar dan memperbaiki diri ketika berhadapan dengan anak. Berdiskusi adalah salah satu cara yang meletakkan orangtua dan anak pada posisi yang sama. Mendengarkan dan memahami pemikiran anak juga menjadi bahan penting dalam pertimbangan orangtua.
 
“Secepatnya mengajari mereka cara berdiskusi, berpikir, memilih, dan mengambil keputusan sendiri, agar mereka segera mengenali hal penting yang diperlukan.” (h. 22)

Cara komunikasi yang sering salah, juga perlu diperbaiki, karena seringkali cara anak berkomunikasi bercermin dari orangtuanya. Contoh dari pengalaman pribadi saya, saat melihat Miza marah, ternyata tak jauh berbeda seperti ketika saya marah. Salah satu penyebabnya karena balita menganggap cara ayah-ibunya-lah yang benar. Selain itu, teknik berbicara pada anak, dengan menurunkan tubuh setinggi anak dan memandang matanya, bisa membuat mereka merasa lebih dihargai dan fokus saat berkomunikasi.
 
“Jangan mematahkan pertanyaan anak ketika kita membacakan cerita, bahkan kita harus menstimulasi anak untuk bertanya. Ini merupakan cara melatih anak berpikir kritis dan analitis.” (h. 27)

Masalah Kemandirian juga dibahas dalam buku ini karena menjadi salah satu karakter yang dibutuhkan untuk bertahan dalam hidup. Termasuk membimbing anak untuk menerima kesedihan atau sesuatu di luar keinginannya. Hal ini dikenal dengan Adversity Quotient (AQ), kecerdasan untuk bertahan dan mengatasi setiap kesulitan hidup lewat perjuangan. Hanya saja, buku ini membahas bagian permukaannya mengenai hal tersebut dan pembaca perlu memperdalam ilmu melalui referensi buku yang digunakan penulis.
 
“Setiap manusia, tanpa terkecuali perlu merasakan lima hal dari lingkungan sekitarnya untuk dapat merasa aman dan bahagia dalam hidup, yaitu merasa dikenali, didengar, diterima, dimengerti, dan dihargai,” (h. 52) termasuk anak-anak.

0 comments:

 

Sahabat si Cilik Template by Ipietoon Cute Blog Design