Judul:
5 Guru Kecilku #2
Penulis:
Kiki Barkiah
Editor: Aditya Irawan
Penerbit:
Mastakka Publishing
ISBN: 9786027327412
Cetak:
Desember 2015
Tebal:
xxvi + 237 hlm
Bintang:
5/5
Harga: Rp. 80.000
"Kiki... Sesungguhnya Allah tidak meminta kamu untuk menyelesaikan semuanya sendirian. Allah hanya meminta kamu taat! Sehingga Allah sendiri yang akan menyelesaikan persoalan kamu." (h. 28)
Masih sama seperti 5 Guru Kecilku bagian pertama, seri terbaru ini juga sangat menginspirasi, minim teori tapi padat dengan realitas. Pada buku ini saya menemukan Ali sudah memasuki masa remaja, di mana kemandirian dalam belajar terbaca luar biasa. Momen Ali yang paling mengena dalam buku ini adalah saat kerinduan Ali dengan sosok Ayah yang tak lagi bisa memberikan perhatian penuh kepadanya, karena banyaknya adik yang juga membutuhkan perhatian. Momen yang mungkin juga akan dilalui Sulung saya.
Syafiyah agak jarang dikulik dalam buku ini, seingat saya hanya sekilas-sekilas, dan sekalinya muncul ketika Teh Kiki mencurahkan cita-citanya terkait Syafiyah kelak --- tapi tetap bisa dijadikan referensi mendidik putri. Pada bagian kedua ini Teh Kiki masih 'bergulat' dengan emosi Shiddiq, sedangkan Rafiq juga mulai menunjukkan aksinya, perebutan perhatian orangtua kerap menjadi alasan 'pertempuran' mereka.
Mendengarlah... Diammu sejenak untuk duduk bersama dan mendengar perasaan mereka, mungkin kelak turut dapat menyelamatkan masa depan mereka (h.22)
Cerita paling menyentuh bagi saya adalah Andai Saja Aku Mau Mendengar Satu Kalimat Lagi, kisah yang menohok apalagi mengingat kesabaran saya yang sering pupus ketika berhadapan dengan Si Sulung, Miza. Niat baik anak terkadang disalahpahami orangtua ketika mereka melakukannya dengan tindakan dan komunikasi yang tidak tepat. Padahal, di usianya yang masih kecil, mereka sedang belajar bagaimana melakukan sesuatu dengan benar, reaksi orangtua yang tidak tepat bisa memupuskan kebaikan anak.
Setiap cerita memberikan referensi bagi pembaca untuk berhadapan dengan anak. Mengelola emosi, memenuhi aktivitas dengan berdiskusi, kerjasama apik dari suami-istri dan keyakinan bahwa Allah selalu membersamai membuat setiap pengalaman terasa bisa diandalkan untuk dijadikan bekal mendidik anak. Cerita Satpam Gadjet yang Cerewet membuat saya tertawa tetapi juga mengagumi komitmen dan ketekunan dari Teh Kiki dalam membimbing setiap buah hatinya menjadi pribadi berdaya guna, sekaligus bertaqwa.
Modal yang paling utama adalah kepercayaan kepada Allah. Bahwa Allah telah memasangkan seorang anak dengan orangtuanya. Maka ketika Allah menitipkan seorang anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Allah juga akan menitipkan sekian ilmu dan kemampuan kepada orangtua dalam membimbing mereka, jika orangtua tersebut mau meraihnya. (h.96)
0 comments:
Post a Comment